UNTUKMU YANG TELAH PERGI MENINGGALKAN HASMI

06.40

Akhirnya...
Akhirnya kau pun pergi. Seperti mereka yang telah pergi. Pergi entah kemana..

Tak kuat lagi kah kau meniti? Atau muak telah memenuhi hati? Atau termanjakan gelarmu yang kini telah meninggi?

Atau kau kini telah sadar, bahwa kau tertipu selama ini? Tertipu oleh penjaja cita-cita yg tinggi. Cita-cita dusta yang tak pernah ada di dalam hati?

Atau mungkinkah hatimu telah tenggelam di lembah yang curam? Tak sanggup lagi menyerap cita-cita yang tinggi?

"Tak tau lah aku apa yang sebenarnya telah terjadi..."

Kau tinggalkan kami berdiri. Kau tinggalkan juang yang murni, juang yang tak mengharap apapun selain ridho Ilahi...

Juang yang tidak selebriti, jauh dari sorotan TV, jauh dari undangan tuan putri, atau amplop yang berisi..

"Juang kedaulatan Ilahi.. Juang yang tak ada lagi di atasnya juang.."

Akhirnya...
Kau langkahkan kakimu, tanpa ragu melenggang menuju medan peluang, medan yang lapang lagi gemilang..

Menjanjikan kehidupan yg cemerlang.. Hidup berkecukupn dengan kelurga tersayang..

Kau hibur dirimu "Toh Inipun Suatu Juang"

Ya itu pun juang..
Juang di pinggiran medan juang..
Karena pusat juang ada di penegakan kedaultan Ilahi.

Berjuang di pinggir medan, sambil berlari ke sana dan ke sini di medan peluang..
Peluang sejahtera semu penuh kecewa..

Keringatmu bercucuran entah di mana..
Di medan juangkah atau di medan peluang..?

"Entahlah yang pasti sakumu telah penuh uang. Semoga berguna untukmu.."

Tapi ketahuilah..!!
Kau tak bisa membeli bahagia dengannya..
Berapa jutawan hidup sengsara?

Tertawan penyakit tak kunjung hilang, membeku di sel tahanan, disiksa anak durhaka, atau lainnya dari macam2 derita.

Jangan salah sangka!
Juang bukan sumber derita..
"Juang adalah sumber bahagia. Bahkan JUANG ADALAH BAHAGIA"

Aku tak tahu..
Akankah Kau menyesalinya?

Aku pun tak tahu..
Akankah kau kembali?

Yang ku yakini kita kan jumpa kembali di waktu renta..
Dalam renungan masa lalu di tiap senja..
Ketika masing-masing kita duduk menyendiri..

Waktu itu wajah-wajah lama kan berbaris di hadapan mata..
Kisah-kisah lama kan berbisik, walaupun kita berjauhan mata..
Tapi kita kan bertemu di alam rasa..
Di alam kenangan masa lalu..

Waktu itu kita akan mensyukuri atau menyesali..
Dan saling merindu. Tersenyum manis atau kecut dan getir di dalam hati..

Tapi Aku kan tetap mencintaimu seperti dulu..
Sewaktu kita merapat di belakang imam..
Sewaktu kita masih merapat di barisan juang...


(Riyadh, Ust. Abu Muhammad Abdul Karim Al-Katsiri, 05-02-2016)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »