Mari direnungi nasehat Ustadz Farid Ahmad Okbah, bukan untuk
debat.
Kita sepakat bahwa demokrasi sulit untuk dijadikan wasilah
berjuang. Namun sesuatu yang sulit bukan berarti tidak mungkin.
Ayyuhal ikhwah, kita jangan jumud (beku) terhadap apa yang
kita peroleh sebelumnya. Justru kita harus membuka mata, dan menyikapi waqi'
(realita) dengan kaidah-kaidah yang ada.
Bagaimana Hukum Nyoblos Pilkada?
Sekarang coba kita tanya? Permasalahan nyoblos itu masalah
ijtihadi atau aqidah?
Apabila itu aqidah, beranikah kita mengatakan dia kafir?
Bukankah dia berarti loyal kepada thagut demokrasi?
Ayyuhal ikhwah, ini masalah ijtihadi. Ini masuk ranah fiqih.
Bukankah masalah nawazil (kontemporer) seperti ini
ditimbang dengan fiqih dan usulnya?
Dan ini pun masih masalah khilaf mu'tabar (yang
dianggap).
Cobalah baca Majmu' Fatawa bab Jihad, kita akan
terbelalak, ternyata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah memfatwakan boleh mengambil
kekuasaan, dan berhujjah dengan Nabi Yusuf alaihis salam saat mengambil
peranan di kerajaan musyrik di Mesir saat itu.
Kita pun juga akan terkejut, ternyata Syaikh Bin Baaz,
Syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh al Albani, dan masih banyak Ulama kontemporer
lainnya yang memfatwakan bolehnya nyoblos.
Mereka semua bukanlah Ulama yang buta waqi' sehingga
asal-asalan mengeluarkan fatwa.
Biarlah ahli fiqih yang berbicara, jangan Anda tiba-tiba
menjadi mufti (ahli fatwa), lalu bisa mengatakan ini halal dan haram.
Jangan Golput..!!
Siapa bilang jumlah golput sedikit?
Sepanjang adanya pemilu, hampir-hampir golput selalu
menempati prosentase tertinggi.
Cobalah lihat kondisi kaum muslimin Solo, berapa ribu orang
yang tidak mau nyoblos? Akhirnya walikota kafir memimpin, dan akhirnya
menimbulkan banyak bencana.
Membolehkan khamr dijual di mana-mana, mendirikan gereja,
membangun rumah sakit Kristen, dan masih banyak kekacauan lain.
Setelah itu kaum muslimin hanya bisa berteriak demo karena
kepayahan menyikapi si Kafir itu.
Ahli fiqih Solo sudah bersusah payah mengingatkan, namun
para aktivis acuh dan menutup mata dan telinga.
Lihatlah apa yang terjadi..?!
Bahkan bencana-bencana itu pun masih tetap berjalan hingga
saat ini.
Bukankah kita sudah mendengar si Kristen bersuara; jangan
takut kepada mereka yang suka meneriakan Khilafah, namun tidak mau ikut campur
politik!
Yang paling ditakuti adalah mereka yang berusaha menjadikan
politik sebagai alat untuk membantu kaum muslimin lainnya.
Mengapa Nyoblos?
Karena hanya itu yang kita bisa dalam ranah ini.
Lihatlah Ust. Ahmad Heryawan (gubernur JABAR), berapa banyak
beliau membantu kaum muslimin, bahkan saat aksi bela Islam?
Cobalah lihat DR. Zainul Majdi (Gubernur Bima), berapa
banyak andilnya memajukan umat?
Lihatlah Bupati Padang, menteri sosial, menkominfo saat
dipegang Ust. Tifatul Sembiring, dan masih banyak lainnya.
Lalu lihatlah saat jabatan-jabatan itu dipangku oleh selain
mereka.
Apa Yang Seharusnya Kita Lakukan..??
Jadilah minimal seperti Semut Ibrahim, yang mungkin tak
mampu memadamkan api, namun ia tidak diam.
Ust. Farid Ahmad Okbah, berkata "Kita tidak memiliki
urusan jika yang maju antara muslim dan muslim. Namun jika muslim vs kafir,
maka fatwa bisa berubah."
Ketika ditanya mengenai orang yang tidak menyoblos dengan
alasan itu thaghut, beliau menjawab, "Orang seperti itu kurang
bergaul."
Mari kita berfikir kritis dan cerdas. Dan jangan hanya
menelan mentah apa yang belum disepakati hukumnya.
Kemudian, apakah ketidakbolehan nyoblos itu termasuk ijma'
yang tidak boleh diselisihi? Atau masih boleh khilaf?
Bukankah itu masalah aqidah menurut Anda?
Dari sini, mari kita dukung apapun andil kaum muslimin, baik
sisi politik, ekonomi, pendidikan, dan lainnya, sesuai dengan apa yang kita
mampu.
Tidak layak kita berkomentar, sedangkan kita pun tak
bergerak sebagaimana mereka bergerak.
----------------------
Disarikan dari percakapan dengan Ust. Farid Ahmad Okbah,
ketua Yayasan Al-Islam Bekasi dan aktifis GNPF MUI.
Informasi Lainnya:
1 komentar:
Write komentarMakan daging babi kalau buat obat halal ya penulis...fatwa si Fulan fatwa si Fulan jd rujukan Alquran yg jls2 mengharamkan demokrasi di abaikan
ReplyEmoticonEmoticon