ASAL USUL PENYEBUTAN AMIRUL MUKMININ
Dahulu
khalifah pertama dijuluki khalifah dan juga imam. Sejak era khilafah Umar bin
Khaththab radhiyallahu ‘anhu, kaum muslimin mulai menggunakan julukan Amirul
Mukminin.
Ibnu Sa’ad
menyebutkan dalam Ath-Thabaqat, bahwa ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu
‘anhu wafat, dimana Abu Bakar sendiri dipanggil dengan sebutan Khalifah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka Umar dipanggil dengan
sebutan; Khalifah Khalifah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Akhirnya kaum muslimin mengatakan, kalau begitu khalifah setelah Umar disebut
Khalifah Khalifah Khalifah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga sebutan ini akan semakin panjang. Untuk itu, kalian harus sepakat
memilih nama untuk memanggil khalifah setelahnya. Sebagian shahabat Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Kita adalah orang-orang mukmin, dan Umar adalah
amir kita.” Umar akhirnya dipanggil dengan sebutan Amirul Mukminin. Dialah
orang pertama yang dipanggil dengan sebutan ini.[1]
Diriwayatkan,
bahwa ketika Labid bin Rabi’ah dan Adi bin Hatim datang ke Madinah, keduanya
berkata kepada Amr bin Ash, “Tolong mintakan kami izin untuk bertemu Amirul
Mukminin’. Amr bin Ash berkata, ‘Demi Allah, kalian memanggilnya dengan nama
yang tepat, karena dia amir sedangkan kita orang-orang mukmin’. Amr bin Ash
kemudian masuk menemui Umar lalu mengucapkan salam, ‘Assalamu ‘alaika, wahai
Amirul Mukminin!’ Umar menyahut, ‘Sebutan apa itu?’ Amr bilang, ‘Engkau adalah
amir dan kami adalah orang-orang mukmin’. Akhirnya kata Amirul Mukminin mulai
digunakan pada saat itu’.”[2]
Secara umum,
kata amir sudah digunakan pada masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
tetapi tidak digunakan untuk menyebut khalifah. Kata amir hanya dipakai untuk
menyebut para komandan satuan-satuan tempur, pemimpin-pemimpin berbagai
wilayah, perkotaan dan semacamnya. Dalam hadits disebutkan:
مَنْ أَطَاعَنِى فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ
عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِى فَقَدْ أَطَاعَنِى، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِى
فَقَدْ عَصَانِى.
“Siapa yang taat kepadaku maka ia telah taat kepada Allah dan
siapa yang durhaka kepadaku, maka ia telah durhaka kepada Allah. Siapa yang
taat kepada amir-ku, maka ia telah taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada
amir-ku, maka ia telah durhaka kepadaku.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i dan
lainnya).
[Sumber: Al-Imamatul 'Uzhma 'Inda Ahlussunnati wal Jama'ah - Konsep Kemimpinan Dalam Islam, Karya: Prof. Dr. Abdullah Ad-Dumaij)
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Dipostkan oleh: Abu Malik Abdillah
Jum'at, 22 Juni 2018
Di Komplek: Ma'had Huda Islami Bogor