Tulisan kali ini akan mengajak kita kepada suatu pemahaman tentang
apa yang harus kita ikuti dan apa yang harus kita perbaiki dalam
kekeliruan-kekeliruannya. Tulisan ini hanya sekadar menyalin dari sebuah
buku yang berjudul “Jagalah Dakwah Salaf (Jangan Dikotori!)”. Bukan atas dasar
pendapat pribadi atau kelompok. Semoga menjadi nasihat yang baik untuk kita
semua. Berikut nukilannya:
Apa masalah pokok pada para pengaku Salafi tersebut?
Jawaban:
Pokok masalah yang fundamental pada mereka adalah syubhat atau
syahwat mereka. Mereka membatasi manhaj salaf hanya pada
masalah-masalah tertentu menurut pemahaman orang tertentu atau beberapa orang
tertentu di masa kini.
Orang yang berbeda pendapat dengan mereka tentang masalah-masalah
tersebut –yang pada umumnya tidak keluar dari masalah-masalah ijtihadiyah
yang diakui keberadaannya– dianggap sebagai orang yang keluar dari manhaj
Salaf, menentang ahli tauhid dan sunnah dan mendukung ahli hawa
nafsu dan bid’ah. Hal itu terjadi karena mereka tidak memahami tata cara
menghadapi orang yang berseberangan dengan keinginan mereka.
Yang benar dan adil dalam masalah itu adalah Dakwah Salafiyah
merupakan manhaj yang komprehensif dan lengkap dalam bidang aqidah,
fiqih, perilaku, ibadah, akhlak, dakwah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
penulisan, pengklasifikasian, penyampaian kritik dan penilaian terhadap orang
lain.
Orang yang mempraktikkan manhaj Salaf secara lengkap dan
komprehensif adalah seorang Salafi sejati. Sedangkan orang yang
mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain adalah seorang Salafi
pada masalah yang diambilnya dan kami minta untuk mengambil sisanya.
Syaikh DR. Solih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhohulloh
mengatakan:
“Ada orang yang mengaku sebagai penganut madzhab Salaf, tetapi
berbeda perilaku dengan mereka. Ia berlebih-lebihan, menambah-nambah dan keluar
dari jalur yang ditempuh oleh generasi Salaf. Dan ada pula orang yang mengaku
sebagai penganut madzhab Salaf, tetapi sangat gegabah, ceroboh dan hanya
mengaku-ngaku.
Penganut manhaj Salaf selalu berada di tengah-tengah dan
berjalan lurus di antara ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith
(ceroboh/menyepelekan).
Inilah jalan yang ditempuh oleh generasi Salaf; tidak berlebih-lebihan
dan tidak ceroboh. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang mengikuti generasi mereka dengan baik..” (QS. At-Taubah:
100)
Jika Anda mau mengikuti generasi Salaf, Anda harus mengetahui jalan
yang mereka tempuh. Anda tidak mungkin bisa mengikuti generasi Salaf tanpa
mengetahui jalan yang mereka tempuh dan menguasai manhaj mereka dengan
baik. Anda tidak mungkin bisa melalui jalan mereka tanpa mengetahui jalan
tersebut.
Anda tidak bisa menisbatkan kepada mereka apa yang tidak pernah
mereka katakan dan mereka yakini. Anda tidak boleh mengklaim: “Ini adalah
madzhab Salaf” seperti kata sebagian orang bodoh –sekarang– yang menamakan
diri Salafi kemudian berbeda perilakunya dengan generasi Salaf, bersikap
keras, suka mengkafirkan, memfasikkan dan membid’ahkan.
Para ulama Salaf –dahulu– tidak pernah membid’ahkan, mengkafirkan
dan memfasikkan kecuali dengan dalil dan argumen yang kuat, bukan berdasarkan
hawa nafsu dan kebodohan. Sementara Anda membuat satu garis dan berkata, “Siapa
yang menyalahi garis ini adalah ahli bid’ah dan sesat”.
Bukan begitu saudaraku! Itu bukan manhaj generasi Salaf.
Manhaj generasi Salaf adalah ilmu dan amal. Menguasai ilmu dulu kemudian
beramal sesuai dengan petunjuk. Kalau Anda ingin menjadi seorang Salafi sejati,
Anda harus mempelajari madzhab Salaf secara mendalam dan menguasainya dengan
baik, kemudian mengamalkannya tanpa sikap berlebihan-lebihan dan tanpa
kecerobohan.
Inilah manhaj Salaf yang benar. Sedangkan mengaku-ngaku dan
menisbatkan diri tanpa fakta hanya akan
merugikan dan tidak menguntungkan.”[1]
Kepada mereka saya katakan:
“Jadilah penyeru bukan pengaku. Serukanlah ajaran Salaf yang sejati
dalam bentuk ucapan dan perbuatan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa
sikap berlebih-lebihan dan tanpa kecerobohan. Jangan hanya mengaku-ngaku
sebagai Salafi dalam ucapan, tanpa diikuti dengan perbuatan.”
وَالدَّعَا وَى مَا لَمْ يُقِيْمُوا عَلَيْهَا
* بَيِّنَاتٍ أَبْنَاؤْهَا أَدْعِيَاءُ
“Segala klaim (pengakuan) sepanjang belum ditunjukkan
bukti-bukti atasnya. Maka anak-anaknya adalah anak angkat.”
Disalin dari Buku "Jagalah Dakwah Salaf (Jangan Dikotori!)" oleh
Abdul ‘Aziz bin Saryan Al-Ushaimi, DR. Khalid bin Utsman As-Sabt. Dengan judul
asli Kasyful haqa’iq Al-Khafiyyah ‘Inda Mudda’is Salafiyah. Diterjemahkan
oleh: Najib Junaidi, Wafi Marzuki. Cetakan Pustaka Elba, 2008, Surabaya. Halaman
38-42.
[1] Diambil dari jawaban yang diberikan oleh Syaikh DR.
Solih bin Fauzan Al-Fauzan atas pertanyaan audiens dalam Syarhul Aqidah Ath-Thahawiyah pada tahun 1425 H yang didokumentasikan dalam bentuk kaset.
EmoticonEmoticon