Akhirnya...
Akhirnya kau
pun pergi. Seperti mereka yang telah pergi. Pergi entah kemana..
Tak kuat
lagi kah kau meniti? Atau muak telah memenuhi hati? Atau termanjakan gelarmu
yang kini telah meninggi?
Atau kau
kini telah sadar, bahwa kau tertipu selama ini? Tertipu oleh penjaja cita-cita
yg tinggi. Cita-cita dusta yang tak pernah ada di dalam hati?
Atau
mungkinkah hatimu telah tenggelam di lembah yang curam? Tak sanggup lagi
menyerap cita-cita yang tinggi?
"Tak
tau lah aku apa yang sebenarnya telah terjadi..."
Kau
tinggalkan kami berdiri. Kau tinggalkan juang yang murni, juang yang tak
mengharap apapun selain ridho Ilahi...
Juang yang
tidak selebriti, jauh dari sorotan TV, jauh dari undangan tuan putri, atau
amplop yang berisi..
"Juang
kedaulatan Ilahi.. Juang yang tak ada lagi di atasnya juang.."
Akhirnya...
Kau
langkahkan kakimu, tanpa ragu melenggang menuju medan peluang, medan yang
lapang lagi gemilang..
Menjanjikan
kehidupan yg cemerlang.. Hidup berkecukupn dengan kelurga tersayang..
Kau hibur
dirimu "Toh Inipun Suatu Juang"
Ya itu pun
juang..
Juang di
pinggiran medan juang..
Karena pusat
juang ada di penegakan kedaultan Ilahi.
Berjuang di
pinggir medan, sambil berlari ke sana dan ke sini di medan peluang..
Peluang
sejahtera semu penuh kecewa..
Keringatmu
bercucuran entah di mana..
Di medan
juangkah atau di medan peluang..?
"Entahlah
yang pasti sakumu telah penuh uang. Semoga berguna untukmu.."
Tapi
ketahuilah..!!
Kau tak bisa
membeli bahagia dengannya..
Berapa
jutawan hidup sengsara?
Tertawan
penyakit tak kunjung hilang, membeku di sel tahanan, disiksa anak durhaka, atau
lainnya dari macam2 derita.
Jangan salah
sangka!
Juang bukan
sumber derita..
"Juang
adalah sumber bahagia. Bahkan JUANG ADALAH BAHAGIA"
Aku tak
tahu..
Akankah Kau
menyesalinya?
Aku pun tak
tahu..
Akankah kau
kembali?
Yang ku
yakini kita kan jumpa kembali di waktu renta..
Dalam
renungan masa lalu di tiap senja..
Ketika
masing-masing kita duduk menyendiri..
Waktu itu
wajah-wajah lama kan berbaris di hadapan mata..
Kisah-kisah
lama kan berbisik, walaupun kita berjauhan mata..
Tapi kita
kan bertemu di alam rasa..
Di alam
kenangan masa lalu..
Waktu itu
kita akan mensyukuri atau menyesali..
Dan saling
merindu. Tersenyum manis atau kecut dan getir di dalam hati..
Tapi Aku kan
tetap mencintaimu seperti dulu..
Sewaktu kita
merapat di belakang imam..
Sewaktu kita
masih merapat di barisan juang...
(Riyadh,
Ust. Abu Muhammad Abdul Karim Al-Katsiri, 05-02-2016)
EmoticonEmoticon