KONSOLIDASI
DAN SOSIALISASI PARADIGMA DAKWAH HASMI MASA DEPAN
Berikut saya
ringkaskan ceramah tausiyah Dewan Pembina (DPA) HASMI dalam acara Konsolidasi
dan Sosialisasi Paradigma Dakwah HASMI Masa Depan pada hari Rabu, 31 Mei 2017
di Masjid Ali bin Abi Thalib Bogor.
Pertama:
Tausiyah Ust. Ali Maulida, S.S., M.Pd.I
Satu tema
yang penting untuk kita angkat, bahwa tidak terasa HASMI saat ini sudah
memasuki usia yang cukup. Walaupun jika dibandingkan dengan harakah dakwah di Indonesia,
HASMI masih terlalu muda. 12 tahun adalah usia yang kiranya cukup banyak
perjalanan yang kita lalui. Dan alhamdulillah sejak awal kelahirannya, HASMI
selalu berputar bersama umat karena memang kehadiran kita adalah untuk mengawal
mereka. Dan kita menjadi bagian dari mereka. Oleh karena itu, dunia keumatan
harus selalu menjadi perhatian kita.
Di tahun-tahun
terakhir kita rasakan betapa dinamika umat Islam mengalami putaran yang sangat
puncak. Apa yang tidak kita pikirkan di lima tahun yang lalu, ternyata hari ini
terjadi dan nyata karena putaran yang sangat kuat. Karena itu kita harus lebih
kuat lagi untuk memikirkan yang terbaik demi menyelamatan jiwa-jiwa kita dan
umat yang kita cintai dari ancaman musuh Islam. Keselamatan adalah jalan yang
harus kita tempuh dan kita cari. Dan program-program penyelamatan umat harus
menjadi misi dakwah kita.
Kita tinggal
di Indonesia, negeri yang sangat berragam. Di dalam tubuh umat Islam sendiri
pun banyak sekali dinamika yang dapat kita lihat. Ini membutuhkan sebuah
program terbaik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada umat. Dengan dinamika
yang sedemikian rupa, mengharuskan kita melakukan perubahan-perubahan. Perubahan
yang dilakukan bukan pada inti dakwah ini.
Pengawalan umat
ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia harus menjadi misi bersama. Karena jalan
satu-satunya untuk meraih kebahagiaan adalah di atas manhaj yang benar ini.
Pergeseran pardigma
adalah sebuah kemestian. Tidak ada manusia hidup yang tidak berubah. Sepanjang dia
menjadi manusia pasti akan mengalami pergeseran paradigma dalam hidupnya.
Setelah siang
akan datang saatnya berganti menjadi malam. Setelah terbit matahari akan datang
saatnya berganti cahaya bulan. Apalagi sebuah harakah, suatu kumpulan dari
manusia, tentu sangat logis untuk terus berubah. Jadi jangan takut untuk terus
berubah. Karena perubahan yang positif akan meraih kesuksesan yang lebih besar.
Jangan takut dengan perubahan, yang penting misi besar kita tetap, yaitu
mengawal umat meniti manhaj ahlussunnah wal jama’ah.
Kedua:
Tausiyah Ust. Supendi, S.Sy
Berbicara tentang
perubahan, maka kita lihat alam ini tabiatnya berubah, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Seperti cara berfikir, paradigma, program dan lain
sebagainya, itu berubah. Artinya kita harus selalu siap dalam menghadapi
perubahan itu. Karena kalau kita melawan tabiat yang ada atau tidak siap berubah,
maka kita akan tertinggal oleh zaman.
Dahulu kaum
muslmin berperang menggunakan pedang. Sedangkan saat ini musuh-musuh berperang
dengan senjata canggih, jika kita tetap menggunakan pedang atua panah, maka
kita akan kalah. Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wa sallam, ketika berperang beliau
beradaptasi terhadap musuhnya. Beliau menggunakan baju besi, beliau menggunakan
pedang dan lain sebagainya. Karena saat itu teknologi tercanggih adalah itu. Setelah
langkah-langkah penyesuaian tersebut, Allah pun menurunkan pertolongan-Nya.
Jadi kita
tak perlu khawatir untuk menghadapi perubahan dan bahkan kita akan menikmati
perubahan-perubahan tersebut. Caranya adalah dengan bersikap husnuzon dan
optimis.
Termasuk kita
di HASMI, harus siap berubah. Apapun itu! Selama tidak merubah pokok-pokok dari
visi dan misi dakwah ini. Ba’dallahi Ta’ala, yang menjadikan organisasi ini esksi
sampai hari ini adalah karena perubahan demi perubahan.
Ketiga:
Tausiyah Ust. Dr. M. Sarbini, M.H.I
Di dalam
fikih ada masa pra antara bayi dengan baligh yang dikenal dengan mumayyiz. Ada hukum-hukum
tertentu yang membedakan antara anak kecil yang mumayyiz dengan anak kecil yang
belum mumayyiz walaupun sama-sama belum baligh. Ada umur mumayyiz, antara 9
sampai 11 tahun. Jadi umur HASMI baru mencapai umur mumayyiz, yakni umur yang
sudah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik.
Dulu kita
menganggap seolah-olah nama adalah sesuatu yang harus diperjuangan sampai titik
darah penghabisan. Di sisi lain nama pun melambangkan substansi visi dan misi
yang sedang diemban. Bukan pada aksesoris atau nama. Misi yang sesungguhnya
adalah mendakwahkan ummat untuk selamat di dunia dan selamat dari api neraka
serta masuk ke dalam surga Allah Subhanhu wa Ta’ala.
Kita harus
mengerti besar bahwa HASMI didirikan dan dibentuk dalam rangka membawa ummat
manusia menjadi hamba Allah yang berbahagia, menggandeng mereka ke jannah-Nya. Kalau
bukan itu, tak mungkin kita akan berada di tempat ini. Apapun bisa kita korbankan
demi cita-cita besar itu, jika memang menjadi penghalang besar bagi perjalanan
visi dan misi dakwah.
Kalau Anda
menaiki perahu, maka tujuan Anda bukanlah perahu itu. Tujuan Anda adalah sampai
di suatu tempat dengan menggunakan perahu itu. Kalau Anda menyelamatkan diri di
benteng, maka tujuan Anda bukan hidup di benteng tersebut. Tidak ada hal yang
harus menjadi komitmen kita kalau benteng dan perahu tersebut malah menjadi
penghalang begi keselamtan kita dan tujuan kita. Seharusnya benteng dan perahu
itu menjadi penyelamat dan pengantar sampai tujuan kita.
Semakin hari
kita melihat upaya orang-orang yang hendak menghalangi setiap personal insan
manusia, semakin masif. Semua budaya-budaya kekufuran dan kesyirikan semakin
dieskpose dan dibiayai sangat besar oleh dunia internasional. Bukan rahasia
tertutup, tapi sudah menjadi rahasia umum. Di jalan-jalan, di TV-TV dan
seterusnya.
Ini berarti
menjadi suatu bagian besar misi HASMI untuk menyelamatkan seluruh komponen
masyarakat menuju benteng-benteng dan perahu-perahu keselamatan. Walaupun bukan
hanya kita yang sedang berjuang.
Untuk itu
semua upaya yang membuat orang lain merasa risih untuk masuk ke dalam perahu
atau benteng, baik aksesoris atau apapun, akan kita rubah.
Dewan syuro HASMI
memandang masa depan dakwah ini. Bahwa ummat membutuhkan perahu dan benteng
seluas-luasnya untuk menyelamatkan diri dari bahaya kehidupannya.
Kita sudah mulai
mumayyiz, mudah-mudahan setelah itu menjadi baligh dan bertambah matang.
Aksesoris tidak akan dinilai di sisi Allah, yang dinilai adalah
komitmen dakwah kita di atas manhaj ahlussunnah wal jama’ah sampai titik nafas
terakhir.
Info Terkait:
EmoticonEmoticon